Sebenarnya ada hal yang menarik pada saat terjadinya gempa Bengkulu tahun 2007 itu, tetapi sepertinya kejadian yang terjadi pada hari ini lebih menarik jika dibandingkan dengan peristiwa gempa 3 tahun yang lalu. Kejadian-kejadian menarik yang aku alami pada hari Rabu, tepatnya tanggal 24 Maret 2010. Menurutku hari Rabu sama halnya dengan hari-hari yang lainnya, tapi Rabu yang akan ku ceritakan ini berbeda, banyak kejadian yang aku alami hari itu, segala perasaan rasanya tercurah pada hari itu. Daripada semakin buat penasaran, aku akan mencurahkannya untuk kalian semua.
Di mulai pagi hari, ketika aku lg berhalangan alias "tamu bulanan" dan sekolah pun libur, maka pagi itu aku bangun agak siang dari biasanya, jam 6.30 WIB. Tidak lama kemudian, Sasuke keponakanku datang main ke rumah bersama ayahnya, yang tidak lain adalah Bang Kitachi kakak iparku. Sasuke baru berumur 1 tahun, dia anak yang lucu, gendut, dan menggemaskan.Ditambah lagi Sasuke masih belajar berjalan, sehingga membuat suasana pagi menjadi cerah karena tingkah polahnya yang membuat kami sekeluarga senang. Kami sekeluarga bersama Sasuke duduk di dekat kolam ikan sambil melihat seekor ikan mujair yang mati karena kelelahan. Lucu ya, ikan bisa mati karena kelelahan??? Aku berpikir... Mungkin ikan itu terkejut dengan rumahnya yang baru, atau dia tidak cocok dengan air yang ada di kolam. Tapi, ya sudahlah, yang jelas itu sudah takdir ikan itu untuk kami santap nanti sore.
Setelah beberapa lama, perkumpulan sebuah keluarga di pagi itu bubar. Sasuke dan ayahnya pulang karena harus buka toko, ibuku pergi ke rumah temannya, dan yang lainnya pun pergi ke toko nya masing-masing untuk menjalankan kesehariannya masing-masing di toko. Tinggallah aku dan kakak perempuanku, Kak Kagome. Selama di rumah, kami hanya menonton TV dan tidur-tiduran sambil bersantai-santai. Di sela kami nonton TV, tiba-tiba ibuku pulang ke rumah dan melihat rumah yang masih kotor dan berantakan. Ibu pun marah "Astaghfirullahal'adzim.... lai ko rumah apo kandang itiak???! Lantai rumah kasek bana, banyak pasiah baserak, meja makan lai indak dirapikannyo?? piriang indak pulo dicuci, lai a yang kamu karajokan salamo ibu pai???”, kata ibu dengan nada marah tapi tetap lembut. "Sudah kami sapu tadi, tapi motor ko keluar masuak jo, jadi kasek lantainyo”, jawab Kak Kagome. ”Kalaulah cam itu, manga piriang kek meja makan ko indak dirapiahkan??". ”Cam mano kamu ndag barumah tangga klak? Dari dini ajo kamulah malas karajo!!.” kata ibu. Kami berdua pun diam dan merasa bersalah. Kami menebus kesalahan kami dengan membersihkan rumah serapi-rapinya supaya kelihatan seperti baru dan ibu pun akan senang melihatnya.
Setelah membersihkan rumah, aku pun berangkat ke toko membantu orang tuaku atau aku sering mengatakannya ”Dinas” karena itu biasanya ku lakukan apalagi kalau sedang libur sekolah. Di toko aku menjaga meja kasir sampai pukul 17.30 WIB. Setelah beberapa jam dan tanpa terasa waktu dinas ku selesai dan aku bergegas pulang ke rumah.
Setelah tiba di rumah, aku duduk di teras rumah sambil sedikit "konser pribadi" atau yang lebih tepatnya nyanyi-nyanyi sendiri. Aku sangat hobi menyanyi karena aku ingin melatih suara aku supaya suaru ku semerdu suara Mikha Tambayong. Ketika lagi asyik-asyiknya konser, kakakku kagome mengajak aku jalan-jalan ke pantai. "Hoy, kito ditunggu Kak Sakura di pantai", kata Kak Kagome kepadaku sambil mengejutkanku. Kak Sakura adalah kakak perempuanku, ibu dari Sasuke "Ngapo kito ke pantai?", tanya aku. "Kak Sakura nak ngajak kito main banana boat", jawab Kak Kagome.
Akhirnya, kami berdua mengendarai motor ke Pantai Jakat tempat permainan banana boat. Di tengah perjalanan, kami bertemu ibu, ayah, dan sepupuku Bang Garaa, yang lagi ”JJS” alias Jalan-jalan Sore keliling pantai dengan mobil. Aku memberitahu ibu, kalau kami berencana main banana boat. Mobil yang dikendarai sepupuku itu mengikuti kami dari belakang.
Kemudian, kami tiba di Pantai jakat, tapi ketika mencari tempat untuk memarkirkan motor, aku dan Kak Kagome jatuh dari motor karena tanah yang becek dan licin. Aku malu sekali. Semua orang melihat ke arah kami. Ibu, ayah, Bang Garaa yang di dalam mobil pun tertawa melihat kami. Bang Kitachi pun segera membantu aku mengangkat motor. Untungnya kami berdua tidak terluka dan tidak jatuh di tanah yang becek. Kemudian, Kak Sakura pun mendekati kami. "Woi, bikin malu bae. Idak pacak bawo motor apo??", ledek Kak Sakura pada ku. "Kak Kagome ko la, nyo berek nian", kilah aku. ”Jadi salah gue, salah temen-temen gue?", kagome menjawab dengan lelucon khasnya menirukan dialog cinta dalam film terkenal ada apa dengan cinta.
Akhirnya, kami semua tertawa. Kemudian, kami segera bersiap-siap main banana boat. Sebelumnya kami memakai baju pelampung untuk keamanan supaya tidak tenggelam. Aku melihat ke arah ibuku, ibuku terlihat cemas dan khawatir. Bagaimana ibuku tidak cemas, kami yang akan menaiki banana boat semuanya berukuran XL karena memiliki berat badan di atas 50 kg. Bang Kitachi beratnya hampir 100 kg, Kak Sakura beratnya 75 kg, Kak Kagome 63 kg, aku 50 kg, dan ditambah lagi Kak Garaa yang beratnya 68 kg akan menaiki pelampung yang tidak terlalu lebar hanya panjang saja. Tapi, kami tidak mengurungkan niat kami untuk naik banana boat karena kami belum pernah dan penasaran ingin merasakan jalan-jalan sore di tengah laut. Setelah beberapa saat, kami semua siap untuk menaiki banana boat. Sambil berjalan ke arah pantai tempatnya banana boat itu, perasaanku campur aduk, antara senang, penasaran, deg-degan, takut, semuanya jadi satu. Aku melihat Kak Kagome dan Kak Sakura yang tersenyum-senyum dan tertawa karena keinginan mereka terwujud. Sebenarnya Kak Kagome dan Kak Sakura sudah lama merencanakan ingin naik banana boat, tapi selalu saja ada halangan dan rintangan yang membentang. Barulah hari itu kami bisa naik banana boat, walaupun matahari sudah hampir tenggelam, maklumlah sudah jam 6 sore. Disela-sela tertawa aku mendengar Kak Kagome berkata, "Ingek, jangan keriangan nian", kata kak Kagome mengingatkan kami. Kami pun mengucap Basmallah agar tidak terjadi sesuatu yang menakutkan. Satu persatu kami menaiki banana boat itu, perasaanku masih campur aduk. Aku duduk di bagian tengah. Paling depan ada Bang Kitachi, di belakangnya Kak Sakura duduk sambil memegang Bang Kitachi erat-erat. Di belakangku Kak Kagome, dan yang paling belakang Bang Garaa. Banana boat itu mulai ditarik oleh kapal kecil bermesin motor bergerak ke tengah laut, kami mulai digoyang oleh ombak. Kami mengeluarkan suara-suara huuuu, sambil mengikuti goyangan ombak. "Ooh, cak iko rasonyo naik banana boat", kata Kak Kagome dengan perasaan senang "Enak jugo dak!", timpal Kak Garaa. Kami mulai menikmati perjalanan digoyang ombak, sambil berteriak huuu...Tiba-tiba, kapal yang menarik banana boat yang kami tumpangi itu berbelok ke arah kiri dengan cepatnya, kami semua terkejut dan tidak bisa menyeimbangkan banana boat itu. Sedetik kemudian entah apa yang terjadi, yang aku tahu kejadiannya sangat cepat sekali, kami semua terjatuh ke laut, banana boat yang kami naiki terbalik. Aku pun hampir tenggelam, Bang Garaa segera menghampiriku dan mengangkatku, untungnya kami semua memakai pelampung. Aku melihat ke arah kanan, disana ada Kak Sakura dipegang Bang Kitachi, dan di sebelah kiri Kak Kagome terapung sendiri. Semuanya terlihat jauh, karena aku hanya bisa melihat kepala mereka. Untungnya Kak Kagome yang pertamanya sendiri kemudian langsung didekati oleh petugas banan boat itu dan memegangi Kak Kagome.Dari kejauhan aku mendengar Kak Kagome berkata, "Woi, tolong", teriak Kak Kagome. "Pacak berenang kak??", tanya petugas banana boat. "Idak pacak", jawab Kak Kagome dengan nada takut. "Jangan lepehkan ambo yo". lanjut Kak Kagome dengan nada agak keras karena takut tenggelam. Petugas itu tetap memegangi Kak Kagome. Setelah semua aman lagi, kami satu persatu dinaikkan kembali ke atas banana boat. Pertama Kak Kagome, kemudian kapal itu mendekati aku dan Bang Garaa, dengan cepat aku ditarik oleh petugas yang ada di kapal. Kemudian, kami semua mendekati Kak Sakura dan Bang Kitachi. Karena terkejut dan kelelahan, Kak Sakura sudah terlihat lemas, jadi susah untuk naik kembali ke atas banana boat, apalagi Kak Sakura memiliki postur tubuh yang besar. Kami semua berusaha mengangkat Kak Sakura ke atas. Alhamdulillah semuanya bisa naik.
Yang aku tau, biasanya main banana boat itu memang dijatuhkan ke laut, tapi ternyata rasanya tidak seperti apa yang aku bayangkan bila berada di laut dengan kedalaman 5 meter. Walaupun memakai pelampung, tetap saja menakutkan. Kami melanjutkan permainan itu, di belakangku Kak Kagome mengingatkan kalau kapalnya berbelok kami harus berlawanan arah dengan arah kapal, biar banana boatnya seimbang dan kami tidak terjatuh lagi. Kami pun menikmati permainannya sampai selesai.
Sesampainya di tepi pantai, kami bergegas mendekati ayah, ibu yang hanya melihat kami dari kejauhan. Kami saling berebut untuk bercerita kejadian yang baru kami alami. "Mangkonyo, jangan keriangan nian, apolagi hari la nak magrib".
Kami semua terdiam mendengar ucapan ibu, sambil membenarkan dalam hati. Dalam perjalanan pulang ke rumah, aku teringat kejadian yang aku alami hari ini, dari pagi sampai sore. Rasanya hari ini hari yang sangat mengesankan. Semua perasaan aku rasakan. Senang bermain dengan Sasuke, sedih dan merasa bersalah karena dimarahi ibu, malu karena jatuh dari motor, dan terakhir sangat menegangkan berada di tengah laut dan terapung dengan pelampung. Rabu ini begitu mengesankan.
0 komentar:
Posting Komentar